Kamis, 25 Agustus 2011

Pemberdayaan Wanita Nelayan

oleh: Indrawadi,S.Pi

Wanita nelayan adalah suatu istilah untuk wanita yang hidup di lingkungan keluarga nelayan, baik sebagai istri maupun anak dari nelayan pria. Kaum wanita di keluarga nelayan umumnya terlibat dalam aktivitas mencari nafkah untuk keluarganya. Selama ini wanita nelayan bekerja menjadi pengumpul kerang-kerangan, pengolah hasil ikan, pembersih perahu yang baru mendarat, pengumpul nener, membuat/memperbaiki jaring, pedagang ikan dan membuka warung. Namun peran wanita di lingkungan nelayan ini belum dianggap berarti, sebagai penghasil pendapatan keluarga pun dianggap income tambahan. Selain itu wanita nelayan pun menanggung resiko tinggi akibat tingginya kecelakaan kerja di usaha penangkapan ikan laut ini.

Pengalaman menunjukan bahwa pemberdayaan wanita nelayan adalam pembangunan kelautan dan perikanan sulit dikembangkan, hal ini disebabkan karena kurangnya IPTEK dan kemiskinan yang selalu mengukung mereka. Beberapa masalah dalam integrasi wanita nelayan dalam pembangunan kelautan dan perikanan antara lain, keadaan pendidikan yang umumnya sangat rendah, tenaga wanita sering tidak dinilai, masih adanya nilai-nilai sosial budaya masyarakat sebagai penghambat berperan sertanya wanita nelayan secara aktif, sedangkan beban kerja wanita dalam keluarga cukup tinggi.
Pemberdayaan Wanita Nelayan oleh
Kerusakan lingkungan pesisir banyak diakibatkan oleh sedemikian pesatnya pengelolaan sumber daya alam yang mengabaikan prinsip kelestarian alam yang berkelanjutan. Akibat tebang habis hutan mangrove untuk dikonversi menjadi kawasan lainnya, seperti kawasan budidaya, pariwisata dan pemukiman, menyebabkan banyak kawasan yang terkikis oleh abrasi air laut. Selain itu hilangnya tempat pemijahan dan asuhan biota laut ini pun mengurangi keberadaan biota-biota tertentu seperti udang dan ikan, yang tadinya dapat ditangkap dekat pesisir, sehingga timbul kelangkaan di kawasan tersebut.
Pemberdayaan Wanita Nelayan oleh
Kerusakan ini mengakibatkan nelayan harus pergi melaut untuk menangkap ikan atau hewan lainnya semakin jauh dan semakin lama. Kondisi ini menambah beban berat kepada keluarga yang ditinggalkannya. Dapat dikatakan bahwa kaum wanitalah yang pertama-tama akan merasakan dampak dari adanya masalah lingkungan hidup.
Pemberdayaan Wanita Nelayan ole
Dalam rangka mengantisipasi keadaan tersebut di atas maka perlu diupayakan program Pemberdayaan wanita nelayan Program ini pada hakekatnya diarahkan untuk mengembangkan dan mematangkan berbagai potensi yang ada pada diri mereka sehingga dapat terlibat dalam penyelenggaraan pembangunan perikanan secara sejajar dengan kaum prianya (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2001).

Salah satu cara pemberdayaan wanita ini melalui jalur pendidikan dan pelatihan. Pendidikan di sini dapat berupa pendidikan formal melalui jalur sekolah untuk generasi muda nelayannya, selain itu melalui pendidikan non formal berupa penyuluhan atau pelatihan, juga melalui pendidikan informal berupa ceramah-ceramah di kalangan pengajian atau arisan, juga melalui percakapan-percakapan informal lainnya yang berupa informasi-informasi. Di sinilah peran wanita nelayan sangat penting di dalam menyampaikan informasi tentang pemanfaatan secara lestari sumber daya alam (SDA) kepada generasi mudanya.
Pemberdayaan Wanita Nelayan oleh
Salah satu cantoh kasus adalah potensi sumberdaya kelautan dan perikanan di Pesisir Selatan yang cukup besar. Hasil tangkapan nelayan yang beraneka jenis kemudian potensi perairannya yang cukup ideal untuk budidaya rumput laut yang juga sudah mulai berkembang.
Pemberdayaan Wanita Nelayan oleh
Melihat peluang yang cukup besar tersebut, Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi dan DKP Pesisir Selatan, telah memulai dengan mengadakan pelatihan dan pemberdayaan wanita nelayan di kawasan sentra produksi penangkapan ikan dan rumput laut. Menurut Ir. Yosmeri, Kadinas DKP Pesisir Selatan, wanita nelayan merupakan mitra sejajar dan mempunyai hak yang sama dengan kaum pria serta mempunyai peran ganda dalam keluarga. Diakui bahwa pembinaan terhadap wanita nelayan/perempuan pesisir masih sangat kurang karena dengan segala keterbatasan pihak DKP. Namun demikan konstribusi yang diberikan wanita nelayan terhadap peningkatan pendapan keluarga sangat diperlukan.
Pemberdayaan Wanita Nelayan oleh
Dengan mendatangkan sejumlah narasumber sekelompok wanita nelayan dikawasan sentra produksi tersebut pihak DKP telah menggelar acara pemberdayaan wanita nelayan tersebut, dari pelatihan tersebut diharapkan meningktanya ketrampilan wanita nelayan dalam mengolah beraneka hasil laut, meningkatnya usaha-usaha produktif dari hasil laut serta meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan keluarga nelayan
Pemberdayaan Wanita Nelayan ole
Pelatihan tidak hanya sekedar penyampaian peran wanita nelayan dalam pembangunan, tetapi juga diberikan materi teknis tentang pembuatan stick ikan dan udang, pembuatan bakso ikan dengan aneka hidangan seperti pembuatan kuah sate, kuah bakso, pembuatan abon ikan serta pengolahan asinan/manisan rumput laut, kemudian juga diberikan pelatihan pembuatan cendol sari rumpi dari bahan rumput laut, aneka pembutan dodol rumput laut.
Pemberdayaan Wanita Nelayan ole
Kegiatan pemberdayaan wanita nelayan melalui pendekatan ekonomi masyarakat dengan mengembangkan potensi wanita nelayan, ternyata dapat menghasilkan berbagai produk unggulan dari potensi kelautan dan dengan pendampingan manajemen dan kewirausahaan serta teknologi tepat guna yang mengarah pada peningkatan mutu atau kualitas produk, tentu hal ini akan semakin meningkatkan peran wanita nelayan tersebut untuk perekonomian keluarga.
Pemberdayaan Wanita Nelayan oleh
Contoh lain adalah wanita nelayan Indonesia dapat dilibatkan dalam usaha pembudidayaan ini, sebagaimana yang telah dilakukan oleh wanita nelayan di India dan Bangladesh. Semuanya ini dapat dilakukan melalui pendidikan non formal berupa penyuluhan-penyuluhan baik kepada nelayan dan wanita nelayan. Penyuluhan kepada wanita nelayan pun harus langsung ditujukan kepada wanita itu sendiri, bukan dengan mewakilkannya kepada kaum prianya.
Pemberdayaan Wanita Nelayan ole
Rendahnya pendidikan formal yang dimiliki oleh wanita nelayan akan mempengaruhi kemampuannya dalam menyerapkan informasi yang sering kali disampaikan dengan metode penyampaian yang tidak tepat disamping materi yang terlalu tinggi untuk kemampuan mereka, kadangkala mereka masih banyak yang buta huruf. Pengembangan teknik inilah membutuhkan kerjasama dari para ahli beberapa disiplin ilmu.

Dalam usaha pelestarian alam wilayah pesisir dan laut, sudah seharusnya dilibatkan dan diberdayakan peran wanita nelayan dengan harapan mereka dapat merubah sikap terhadap konservasi alam dan mewujudkannya dalam aksi. Melalui pendidikan informal yang dilakukan wanita nelayan kepada keluarga dan lingkungan sekitarnya, diharapkan di kemudian hari akan terbentuk generasi muda yang berwawasan lingkungan dengan melakukan pemanfaatan SDA secara lestari. Pendidikan lingkungan tersebut sebaiknya menggunakan landasan keilmuan, teknologi, agama dan kesenian agar lebih menarik perhatian audiens dan membentuk sikap baru yang positif.
Dikutip dari Universitas Bung Hatta

Pengembangan Peternakan Di Wilayah Pesisir

oleh: Dr. Rusfidra, S.Pt.


Abstrak

Wilayah pesisir merupakan kawasan pembangunan yang penting karena sekitar 60% masyarakat bermukim di kawasan ini (Dahuri, 2002). Namun ironis, kawasan ini merupakan kantong-kantong kemiskinan, karena sekitar 60% masyarakat miskin be.....

Abstrak
Pengembangan Peternakan Di Wilayah Pesisir
Wilayah pesisir merupakan kawasan pembangunan yang penting karena sekitar 60% masyarakat bermukim di kawasan ini (Dahuri, 2002). Namun ironis, kawasan ini merupakan kantong-kantong kemiskinan, karena sekitar 60% masyarakat miskin bermukim di kawasan pesisir (www.dkp.go.id). Padahal, negara kepulauan yang memiliki panjang garis pantai 81.000 km ini menyimpan potensi ekonomi luar biasa untuk kesejahteraan rakyatnya.
Pengembangan Peternakan Di Wilayah Pesisir
Dalam konteks ini, pengembangan peternakan di wilayah pesisir merupakan salah satu bentuk usaha alternatif yang bermanfaat. Ternak dapat diusahakan untuk mengentaskan kemiskinan masyarakat pesisir. Selain menghasilkan bahan pangan, ternak merupakan aset biologis (plasma nutfah), sumber pendapatan, tenaga kerja, tabungan hidup, biogas dan pupuk organik.
Pengembangan Peternakan Di Wilayah Pesisir ol
Rendahnya asupan protein hewani pada tingkat rumahtangga berisiko terhadap munculnya kasus malnutrisi, gangguan pertumbuhan otak anak balita, meningkatnya risiko sakit, terganggunya perkembangan mental, menurunkan performans anak sekolah dan produktivitas pekerja. Protein hewani memiliki komposisi asam amino lengkap, mudah dicerna dan dibutuhkan tubuh. Protein hewani berperan penting dalam mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang cerdas, kreatif, inovatif, produktif dan sehat.
Pengembangan Peternakan Di Wilayah Pesis
Makalah ini akan mendiskusikan pentingnya peran ternak dalam pengentasan kemiskinan, menjaga ketahanan pangan, dan meningkatkan kecerdasan masyarakat pesisir. Ternak yang potensial dikembangkan di wilayah pesisir adalah sapi (khususnya sapi pesisir), kambing, ayam lokal dan itik. Pada bagian akhir diusulkan model program “Family Poultry” (FP) berbasis ayam lokal yang dapat dikembangkan di wilayah pesisir.
Pengembangan Peternakan Di Wilayah Pes
Sapi pesisir merupakan merupakan sapi asli yang berkembang di kawasan pesisir Sumatera Barat (Anwar, 2004; Rusfidra, 2006; Saladin, 1983). Sapi yang memiliki tubuh kecil ini mampu beradaptasi dengan pakan hijauan yang mengandung kadar garam tinggi. Sapi pesisir berperan penting sebagai sumber pendapatan, daging, dan tabungan hidup masyarakat pesisir Sumatera Barat. Sapi pesisir diduga dapat dikembangkan di pulau-pulau kecil yang tidak memiliki penghuni di negeri kepulauan ini.
Pengembangan Peternakan Di Wilayah Pesisir oleh
“Family Poultry” (FP) merupakan program Badan Pangan dan Pertanian PBB (FAO) untuk mendukung tersedianya protein hewani, pendapatan dan pengentasan kemiskinan di negara-negara berkembang. Dengan melihat keberhasilan program FP di beberapa negara berkembang, penulis menduga bahwa program ini agaknya dapat dikembangkan di Indonesia.
Pengembangan Peternakan Di Wilayah Pesisir oleh
Pengembangan peternakan di wilayah pesisir agaknya dapat dipertimbangkan sebagai sebuah solusi mengentaskan kemiskinan, menjaga ketahanan pangan dan meningkatkan mutu SDM masyarakat pesisir.
Pengembangan Peternakan Di Wilayah Pesisir oleh
Kata kunci : sapi pesisir, peternakan, kemiskinan, kecerdasan, dan “family poultry”.

Simpulan
Pengembangan Peternakan Di Wilayah Pesisir o
Dari paparan terdahulu dapat disimpulkan sebagai berikut:
Pengembangan Peternakan Di Wilayah Pesisir oleh
  1. Mengingat pentingnya protein hewani asal ternak (daging, susu dan telur) bagi manusia di segala lapis usia, maka konsumsi produk ternak tersebut semestinya dipacu menuju tingkat konsumsi ideal (26 gram/kapit/tahun) untuk mewujudkan SDM yang cerdas, kreatif, produktif dan sehat.
    Pengembangan Peternakan Di Wilayah Pesisir oleh
  2. Jenis ternak yang potensial dikembangkan di daerah pesisir adalah sapi pesisir dan ayam kampung. Sapi pesisir merupakan merupakan sapi asli yang berkembang di kawasan pesisir Sumatera Barat. Sapi ini mampu beradaptasi dengan pakan hijauan yang mengandung kadar garam tinggi. Sapi pesisir berperan penting sebagai sumber pendapatan, daging, dan tabungan hidup masyarakat pesisir Sumatera Barat.
    Pengembangan Peternakan Di Wilayah Pesisir ole
  3. “Family Poultry” (FP) merupakan program Badan Pangan dan Pertanian PBB (FAO) untuk mendukung tersedianya protein hewani, pendapatan dan pengentasan kemiskinan di negara-negara berkembang.
Rekomendasi
Pengembangan Peternakan Di Wilayah Pesisi
  1. Sapi pesisir dan program “family poultry” berbasis ayam kampung agaknya dapat ditimbang sebagai sebuah solusi dalan penyediaan protein hewani (asal ternak), sebagai sumber pendapatan dan pengentasan kemiskinan masyarakat di kawasan pesisir.
    Pengembangan Peternakan Di Wilayah Pesisir oleh
  2. Pengembangan peternakan di wilayah pesisir merupakan salah satu bentuk usaha alternatif yang bermanfaat dan sebagai solusi pengentasan kemiskinan, menjaga ketahanan pangan dan meningkatkan mutu SDM masyarakat pesisir.
Dikutip dari Universitas Bung Hatta

Nelayan Cerdas, Nelayan Mandiri

oleh: Prof.Dr.Ir. Hafrijal Syandri, MS

Sungguh ironis, dengan sumber daya alam laut yang luar biasa, nasib nelayan seakan diam ditempat. Secara normatif seharusnya hidup dalam kesejahteraan. Namun kenyataannya, sebagian besar masyarakat pesisir masih merupakan masyarakat tertinggal dibandimg komunitas masyarakat lain. Itu disebabkan karena tingkat pendidikan mereka masih rendah. Masa depan kelestarian pengelolaan potensi kelautan kita membutuhkan kearifan dan sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi untuk mengelola dan memanfaatkannya.

Pendidikan untuk nelayan pada hakekatnya merupakan human investmen dan social capital, baik untuk kepentingan pembangunan daerah maupun pembangunan nasional. Pendidikan merata dan bermutu baik melalui pendidikan sekolah maupun luar sekolah akan berdampak pada kecerdasan dan kesejahteraan nelayan. Demikian pula halnya dengan pendidikan memadai, paling tidak dapat dijadikan modal untuk mencari dan menciptakan peluang-peluang kerja yang dapat menjadi sumber kehidupan dan peningkatan kesejahteraan. Dalam banyak hal, terjadinya kemiskinan nelayan bukan semata-mata karena masalah ekonomi akan tetapi salah satu penyebabnya ialah pendidikan yang rendah.
Nelayan Cerdas, Nelayan Mandiri oleh
Ada beberapa dasar yang membuat kita harus memperhatikan regenerasi nelayan, sehingga mereka lebih kompetitif dan mampu memanfaatkan sumberdaya alam di masa depan. Karena kekayaan itu dapat dijadikan kekuatan untuk mensejahterahkan mereka, keluarga dan lingkungannya, dan bisa menjadi pilar utama dalam pembangunan masyarakat pesisir kedepan.
Nelayan Cerdas, Nelayan Mandiri oleh
Dilihat dari sumberdaya manusia nelayan paling tinggi hanya 80 % tamat sekolah dasar, bahkan banyak yang tidak tamat atau tidak sekolah sama sekali. Fakta tersebut menyiratkan kemampuan nelayan mengelola sumberdaya alam pesisir sangat terbatas. Ini disebabkan karena mereka identik dengan berbagai prilaku sosial yang tidak menguntungkan selama ini, misalnya budaya konsumtif, menyebabkan mereka terjebak pada lingkaran utang dan kemiskinan. Hal itu tentu jauh dari harapan untuk mengelola potensi sumberdaya kelautan yang tidak terbatas secara berkelanjutan, maka diperlukan regenerasi nelayan yang memiliki kemandiran, kompetensi dan kapasitas yang memadai pula. Jika kita dibandingkan dengan data Political and Economics Risc Consultan Croup – sebuah lembaga penelitian di Hongkong, bahwa ada 17 variabel yang merupakan rangking dalam pendidikan menengah, sarjana, dan pascasarjana, serta penguasaan teknologi, penguasaan bahasa asing, kemudian etos kerja dan tingkat aktifitas dari tenaga kerja. Dengan ukuran variabel ini, tidak mungkin mereka (putra-putri nelayan, red) dibanding negara lain mampu bersaing dengan kondisi pendidikan sekarang.

Solusinya tentu kita harus menyediakan pendidikan yang baik, kalau tidak generasi nelayan makin terbelakang. Disini pemerintah daerah dan masyarakat harus mempunyai perhatian serius. Masalahnya apakah pendidikan itu cocok dengan gaya hidupnya, serta menjadi nilai tambah bagi keluarganya. Maka relevansi pendidikan dan setting pembelajarannya harus disesuaikan dengan kehidupan nelayan kita.

Apa strateginya? Harus dipetakan kalau putra-putri nelayan di pantai-pantai biasa, kita bisa pusatkan di tempat-tempat tertentu, sehingga tempat lain bisa mengakses dan dijadikan center of excellent . Misalnya kita coba Sebuah Sekolah Menengah Perikanan yang ada di salah satu kabupaten di Pesisir Sumatera Barat.
Nilai strateginya karena dapat di-support oleh darat dan lalu lintas laut yang relatif terjamin. Hal ini harus dipetakan dan lebih banyak diberikan praktek ketimbang teorinya dan disesuaikan dengan kultur masyarakatnya.
Nelayan Cerdas, Nelayan Mandiri ole
Bagaimana dengan di pulau-pulau kecil, seperti kabupaten Kepulauan Mentawai yang memiliki 256 pulau, panjang garis pantai 2.054 Km. Disana masalahnya berat, pertama disisi economic of skill, unit cost nelayan kita sangat tinggi. Maka pemetaan kluster pulau ini menjadi vital, saat ini mungkin baru SMP pada tingkat kecamatan. Di Pulau-pulau kecil itu siswanya sedikit. ada yang 30 siswa, kelas IV 5 – 7 orang. Kalau dikonversi secara biasa satu kelas guru itu mahal sekali dan tidak cukup rangsangan bagi guru untuk mendidik.
Nelayan Cerdas, Nelayan Mandiri oleh
Untuk merasa tugas seorang guru di pulau itu bermanfaat bagi putra-putri nelayan, guru perlu diberi rangsangan, diberi muatan-muatan yang membuat guru lebih sibuk dan kegiatan ekstrakurikuler dengan kebutuhan masyarakat, seperti kegiatan budidaya kepiting bakau telah dilakukan oleh guru Sekolah Dasar di Desa Katurei nan jauh dipelosok pulau-pulau kecil di Sipora yang sumber dananya berasal dari kegiatan Coremap Fase II. Mereka merasa senang dan penghasilannya bertambah dari usaha sampingan yang dilakukan. Disinilah pentingnya latihan-latihan keterampilan selain dari pembelajaran itu sendiri.
Nelayan Cerdas, Nelayan Mandiri oleh
Menyadari pentingnya pendidikan sebagai human investmen dan social capital , Depertemen Kelautan dan Perikanan melalui Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) telah melakukan terobosan seperti program regenerasi nelayan.
Nelayan Cerdas, Nelayan Mandiri o
Ambil contoh Pemerintah Kabupaten Sumenep menjadi pilot project Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) dari pemerintah pusat berupa program regenerasi masyarakat pesisir. Program ini ditujukan pada generasi (putra-putri) nelayan pesisir untuk dididik agar memiliki kemampuan dan keterampilan di bidang usaha perikanan. Terdapat 30 putra-putri nelayan disekolahkan secara gratis di Akademi Perikanan Sidoarjo (APS) dengan tujuan untuk mencetak generasi nelayan yang tangguh dan berkemampuan di bidang teknologi budidaya perikanan.
Nelayan Cerdas, Nelayan Mandiri oleh
Bagaimana dengan putra-putri nelayan pesisir di Sumatera Barat, tentu sebaiknya program PEMP yang digulirkan untuk masyarakat pesisir pada beberapa kabupaten dan kota di Sumatera Barat juga menyentuh untuk peningkatan pendidikan anak nelayan. Atau sepatutnyalah pemerintah kabupaten / kota dan Propinsi Sumatera Barat menggulirkan dana untuk peningkatan pendidikan anak nelayan, seperti program 1000 doktor untuk dosen PTN dan PTS. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Pascasarjana Universitas Bung Hatta membuktikan bahwa partisipasi nelayan dalam memanfatkan dana PEMP sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikannya. Artinya modal yang digulirkan kepada nelayan yang berpendidikan rendah tidak menjamin mereka akan sejahtera dan mandiri, dan sebaliknya akan menjadi beban bagi mereka dan keluarganya yang telah lanjut usia karena tidak bisa mengembalikan pinjaman itu.
Nelayan Cerdas, Nelayan Mandiri oleh
Bekerjasama dengan institusi pendidikan seperti SMK Perikanan atau Perguruan Tinggi yang mempunyai proram studi Ilmu perikanan dan kelauan, adalah sebuah terobosan yang perlu kita lakukan dengan tujuan untuk mengembangkan keterampilan dan keilmuwan serta wawasan bagi generasi muda nelayan. Melalui program tersebut, anak nelayan diharapkan mempunyai keterampilan ( skill ) dalam mengelola sumberdaya alam pesisir yang ada di wilayahnya, berupa kemampuan menggunakan teknologi tepat guna, tanpa menghilangkan nilai-nilai positif yang berlaku di masyarakatnya.
Nelayan Cerdas, Nelayan Mandiri
Hal lain yang menjadi harapan, tercipta ikatan emosional dikalangan generasi nelayan. Karena dengan ikatan tersebut konflik-konflik dalam pengelolaaan sumberdaya kelautan dapat dihindari. Mereka nantinya diharapkan mengelola potensi sumberdaya alam kelautan secara berkelanjutan, sehingga generasi nelayan terhindar dari stigma marginalisasi nelayan miskin
Nelayan Cerdas, Nelayan Mandiri ole
( Kolumnis adalah Guru Besar Tetap Pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dan Program Pascasarjana Universitas Bung Hatta).
Dikutip dari Universitas Bung Hatta

Rumpon Menetap, Mampu Atasi Masalah Nelayan

oleh: Indrawadi, S.Pi

Dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) belakangan ini sangat dirasakan berat oleh nelayan yang sebagian besar tinggal di pelosok-pelosok pedesaan dan jauh dari fasilitas infrastruktur public ; seperti jalan raya, transportasi, komunikasi dan sarana lainnya yang memadai. Akibat dari terbatasnya insfrastruktur tersebut menyebabkan harga BBM di pusat-pusat kegiatan nelayan jauh lebih tinggi dari kenaikan harga BBM standar nasional yang ditetapkan oleh pemerintah dan menyebabkan sebagian besar usaha nelayan terancam gulung tikar.

“Kurangi dan hentikan kebiasaan berburu dan mulailah kebiasaan memanen ikan” adalah kata kunci bagi nelayan untuk meminimalisir kebutuhan BBM yang mencapai 80% biaya operasional melaut per tripnya. Pada dasarnya ikan dan biota laut lainnya menyenangi kawasan terumbu karang yang kondisinya masih baik, perairan yang tidak tercemar, tersedia cukup sumber bahan makanan, terlindung, aman dari predator maupun gangguan dari lingkungan lainnya. Apabila semua persyaratan tersebut dipenuhi oleh suatu wilayah perairan laut, maka dapat dipastikan wilayah laut tersebut kaya akan sumber daya ikan.

Pertanyaan penting buat nelayan tradisionil adalah apakah mereka bisa memetakan suatu wilayah perairan laut mana yang masih kaya akan sumber daya ikan tersebut ?. Sudah barang tentu untuk nelayan dengan armada kapal ikan modern, yang dilengkapi dengan peralatan canggih dapat mendeteksi keberadaan sumber daya ikan tersebut. Bagi nelayan tradisional atau skala usaha kecil hal itu sudah dapat dipastikan tidak bisa dan biasanya hanya mengandalkan insting dan tanda-tanda alam.

Di wilayah pesisir, kita dapat dengan mudah menemukan berbagai jenis alat tangkap ikan yang dipasang secara stasioner oleh nelayan seperti; ambai, jermal, bubu rumpon dan beberapa jenis alat lainnya. Kegiatan nelayan dengan menggunakan alat tangkap stasioner tersebut dapat dikatakan sebagai kegiatan upaya memanen ikan. Karena ikan datang dengan sendirinya dan terkumpul atau terperangkap di dalam alat tangkap tersebut. Dalam kurun waktu tertentu setelah dianggap cukup banyak, baru nelayan menangkap atau memanennya. Pada umumnya nelayan pengguna jenis alat tangkap ini tidak terlalu dipusingkan dengan kenaikan harga BBM dan masih dapat survive melanjutkan usahanya dan banyak diantara mereka yang hidup layak.

Berdasarkan hasil penelitian, metode penangkapan ikan dengan bantuan rumpon yang dipasang di perairan laut sudah terbukti sangat membantu menghemat BBM hingga 30% dan meningkatkan ikan hasil tangkapan nelayan. Rumpon adalah salah satu bentuk habitat ikan tiruan yang terbuat dari berbagai macam bahan, seperti berasal dari daun pohon kelapa, ranting-ranting pohon, bambu, balok-balok beton, ban bekas atau dari bahan lainnya yang dibenamkan di dalam kolom air dan sifatnya menetap atau dapat dipindahkan. Metode penggunaan rumpon dapat dengan mudah diaplikasikan oleh nelayan karena bahan pembuat rumah buatan untuk ikan ini relatif murah dan gampang ditemukan oleh nelayan. Disamping itu dengan memasang rumpon-rumpon tersebut, nelayan sudah diuntungkan dengan memiliki daerah penangkapan ikan yang jelas dan tetap, sehingga kebutuhan BBM akan mudah diprediksi dan lebih hemat.

Ada banyak manfaat dan keuntungan diperoleh jika nelayan menggunakan jenis alat tangkap ikan stasioner atau menangkap ikan dengan bantuan rumpon seperti; kerusakan lingkungan dapat ditekan karena jenis-jenis alat tangkap ikan stasioner ini memiliki sifat ramah lingkungan, mendidik nelayan untuk tetap menjaga kelestarian lingkungan pesisir, biaya operasional melaut lebih kecil, ikan hasil tangkapan lebih segar dan tidak banyak rusak dan dapat dijadikan sebagai sarana rekreasi memancing yang sangat mengasyikkan bagi masyarakat perkotaan di akhir pekan. Disamping itu dengan adanya bangunan-bangunan alat tangkap ikan stasioner di sepanjang pantai juga membantu pemerintah dalam hal meningkatkan kemampuan pada aspek pertahanan dan keamanan nasional.

Untuk dapat mengaplikasikan model pengelolaan perikanan tangkap dengan menggunakan alat tangkap ikan stasioner atau menggunakan bantuan rumpon yang diperuntukkan bagi nelayan tradisional, tentunya membutuhkan studi kelayakan (feasibility study) terlebih dahulu dengan mempertimbangkan berbagai faktor seperti; faktor ekologi lingkungan pesisir yakni tetap memperhatikan kepentingan daerah konservasi atau daerah perlindungan ikan, karakter pantai, faktor teknis dan sumber daya manusianya sendiri. Dengan dukungan studi kelayakan ini diharapkan diperoleh informasi teknis yang akurat mengenai kesiapan dan ketrampilan nelayan, jenis alat tangkap ikan stasioner yang cocok sesuai kondisi wilayah pesisir dan karakter pantainya, dan di wilayah perairan mana saja dapat dijadikan daerah pemasangan rumpon-rumpon tersebut.

Untuk wilayah pesisir Sumatera Barat sendiri berdasarkan pengamatan penulis, banyak wilayah yang dapat dikembangkan sebagai daerah pengembangan perikanan dengan alat tangkap ikan stasioner dan alat tangkap ikan dengan bantuan rumpon guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir khususnya nelayan.**

BERI NELAYAN NELAYAN KITA OTORITAS UNTUK MEMBANGUN PULAU-PULAU KITA

Kalau dipikir-pikir ketimbang pulau-pulau kita itu dicuri orang lain (bangsa/negara lain), bagaimana jika pulau-pulau kosong tak berpenghuni  itu ditawarkan pada bangsa kita yang berprofesi sebagai nelayan tradisional itu. Mereka pasti mau dengan catatan Pemerintah membangun infrastruktur pokok yang mendukung kehidupan mereka sebagai nelayan misalnya ;
  1. membangun dermaga sederhana
  2. membangun jalan sederhana dari tepi laut keperkampungan mereka
  3. membangun pembangkit listrik dengan kapasitas terpasang sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya
  4. membangun sarana penyediaan air bersih dengan teknologi tepat guna
  5. menyediakan puskesmas
  6. menyediakan sekolah-sekolah tingkat dasar
  7. membantu pembangunan koperasi-koperasi penyedia bahan pokok
  8. memberi pendidikan,pelatihan keterampilan bercocok tanam dan lainnya bagi isteri-isteri nelayan itu untuk membantu ekonomi keluarga
  9. memperluas kerja bulog dalam memasarkan atau membeli hasil tangkapan nelayan
  10. menyediakan pos-pos dan petugas keamanan
Keuntungan strategis dari program itu adalah ;

  1. Pulau-pulau sebagai wilayah negara kita itu terjaga dari incaran negara lain
  2. Ikan-ikan disekitar wilayah pulau-pulau itu menjadi milik nelayan kita sehingga meningkatkan pendapatan nelayan itu
  3. kemungkinan pengembangan wisata bahari di negara kelautan kita ini bisa meningkat
  4. penyebaran penduduk negara kita lebih bermakna dalam hal kesejahteraan
  5. mengurangi beban pembiayaan dalam mengamankan wilayah negara kita
  6. mengurangi berkembangnya sarang-sarang rompak
  7. membuka kesempatan kerja dibidang lain diluar nelayan bagi yang berkemauan
  8. mengurangi kepadatan wilayah-wilayah tertentu yang tak produktif lagi bagi para nelayan
  9. menambah sumber devisa baru bagi kas negara
  10. menguatkan keutuhan wilayah NKRI
Sekali lagi Pemerintah harus turut bekerja dengan memfasilitasi berbagai infrastruktur yang diperlukan mereka dan tentu saja harus didesain sedemikian rupa agar lebih konfrehensif. Sebagai masukan tentu saja kelemahan program transmigrasi yang pernah dilaksanakan harus diperhatikan secara khusus.

Bagaimana Pak SBY cokir (cocok kira-kira ) ? kalau cocok, ajaklah para Nelayan kita itu untuk ikut membicarakan hal itu agar semuanya bisa berjalan sesuai denga  harapan. Jangan paksakan Nelayan kita itu untuk menjauh dari laut, tetapi tolong potensi kelautan mereka diberdayakan secara sungguh-sungguh agar rakyat kita sejahtera.

KETIKA AKU MENYAKSIKAN ACARA TELEVISI MALAM INI...

Malam ini aku tertegun menyaksikan sebuah acara di televisi swasta tentang seorang wanita muda yang mendedikasikan dirinya sebagai fasilitator pendidikan bagi anak rimba.

Ketertegunanku meliputi kekaguman pada wanita itu dan keharuanku pada anak-anak rimba yang bersemangat belajar membaca,menulis dan berhitung. Ketika ditanyakan pada salah satu bocah rimba itu tentang kesukaannya pada pembelajaran itu, tak disangka bocah itu menjelaskan kesukaannya belajar itu dengan baik,sangat komunikatif dan bersifat realitas dengan logat yang sangat santun dan penuh kejujuran.

Pada saat jedah komersial, sepeti biasa aku berpindah chanel ke stasiun tv lain, disitu aku menyaksikan film dokumenter tentang perjuangan nelayan pencari lobster dengan menggunakan kompresor bekas sebagai alat bantu nafas yang bisa beresiko kematian atau cacat permanen.
Sementara di chanel lain aku menyaksikan tentang riuh rendahnya perdebatan soal buronan yang tertangkap dengan silang pendapat yang tak berujung dan tak mengandung kepentingan apapun bagi rakyat banyak.
Aku terhenti sejenak dalam tanda tanya,ada apakah negaraku sekarang ini. Dua wajah bangsaku yang dipertontonkan televisi itu seperti memberi isyarat adanya dua dunia yang berbeda di tanah airku yang satu,bangsa yang satu serta bahasaku yang satu.Tanah airku seperti terbelah menjadi dua wilayah, wilayah terkebelakang dan wilayah terkemuka. Emosionalku serasa memaksaku untuk memilih wilayah mana menjadi tanah airku,memilih mana yang menjadi bangsaku,bahasa mana yang menjadi bahasaku.

Akupun menjadi bertanya tentang makna nasionalisme yang tengah ramai dijadikan tema pembicaraan oleh banyak orang karena rimba dan lautan sesungguhnya bukan wilayah tertutup lagi dan semua orang dapat dengan jelas ritme kehidupan yang ada didalamnya.
Anak-anak rimba itu, nelayan-nelayan nekad itu tak merasa mereka tersingkirkan atau terlupakan dan orang-orang yang berdebat tentang buronan itu tak pula merasa tersindir dan malu hati melihat kenyataan memilukan itu.

Ah....betapa gundah gulananya aku menatap semua perbedaan yang benar-benar nyata ini.Entah mana yang sesungguhnya terdidik, anak-anak rimba itukah atau orang-orang yang berdebat itu, Siapakah yang realitas cintanya pada negara berketuhanan ini, anak-anak rimba itu ataukah orang-orang yang berdebat itu.
Kepada Tuhan aku berdoa, berikan berkah pada anak-anak rimba pemilik rimba raya,berikan berkah pada nelayan-nelayan pemilik lautan yang bertaruh dengan nyawanya itu. Hanya tangan Tuhan lah yang dapat memberi kesejahteraan bagi bangsaku itu,bagi saudaraku itu.

Ketika aku menyaksikan acara televisi malam ini aku menjadi yakin bahwa perjanjian luhur tentang negara kesatuan ini adalah sebuah kesimpulan sementara yang memerlukan perumusan baru yang lebih realistis dan dipercaya. Dan aku menjadi lebih yakin bahwa tak banyak bangsaku yang memahami apa keistimewaan sebuah negara kesatuan bagi kehidupannya jika melihat kenyataan buruk ini yang telah beratus tahun berlangsung.

Anak-anak rimba yang terus membaca,menulis dan berhitung,nelayan-nelayan yang terus mempertaruhkan nyawanya itu entah sampai kapan kuat bertahan menyatakan dirinya bangsa Indonesia. Itu kecemasanku,itu kegusaranku ketika aku menyaksikan acara televisi malam ini.